260514
Kebanyakan
dari mereka hanya mengetahui tentang aku, tapi tak banyak yang mengerti tentang
aku. Aku berada pada persimpangan jalan dengan seribu kebimbangan. Mereka
datang dan pergi tanpa memahami rasa yang kumiliki. Salah satunya adalah kamu, kamu
begitu mudah menerobos pintu hatiku dan mengisinya dengan pesan text yang
membuatku kecanduan setiap menitnya. Kamu seperti obat, penawar rasa nyeri yang
kuderita. Seperti air minum yang mengobati rasa hausku. Kamu seperti obor
ditengah malam gelapku. Kamu juga membuatku lebih mengenal Tuhan, karena kita
menyembah dan bedoa pada Tuhan yang sama (Ida Sang Hyang Widi Wasa).
Mengingatkanku untuk mandi dan berdoa padaNya. Aku terkesan dengan kehadiranmu.
Sadarkah
kamu bahwa aku menunggu dan selalu menunggu pesan text bbm darimu? Sadarkah kamu
bahwa aku selalu berharap itu kamu ketika ponselku berbunyi? Sadarkah kamu
bahwa aku selalu berharap suntikan semangat darimu? Ahhh... mungkin kamu tak
pernah menyadari itu semua, aku hanya terlalu memakai perasaan. Atau aku sudah
terbuai dan terlena oleh permainanmu?
Awal
perkenalan kita memang tak ingin kuberikan kesempatan dan harapan untukmu, tapi
kamu memberikanku banyak pertanyaan yang
membuatku ingin membalas pesanmu. Ya, lewat pesan BBM kamu memainkan kata demi kata
hingga membuatku terbiasa membalas pesanmu. Mata kita memang belum pernah
saling bertatap, tapi lewat kiriman voicenotemu
aku seperti mengenalmu akrab. Aku terbuai dalam cerita yang disebut “teman
gila-gilaan.”
Taukah kamu
bahwa kamu sudah meluluhkan hatiku, merampas benteng pertahanan yang bernama
jatuh hati? Kamu tiba-tiba datang dengan sejuta harapan lalu menghempaskanku
dengan cara menghilang sejenak tanpa pesan text dan suara. Aku merindukanmu,
merindukan awal perkenalan kita, merindukan pertanyaan-pertanyaan yang
membuatku tak bisa beralih dari ponselku, merindukanmu mengirimkanku alunan
musik dengan suara merdumu.
Aku sadar
bahwa kamu sudah memiliki orang lain, kamu memberitahu aku ketika aku ingin
lebih dekat denganmu, ketika aku lagi hangat-hangatnya mejalin rasa untukmu.
Tapi kenapa kamu dulu tiba-tiba datang, merampas hatiku lalu sekarang pergi?
Inikah caramu mempermainkan wanita yang mulai jatuh cinta padamu? Aku masih
bertanya dalam kepergianmu. Kenapa kau masih kirimkan aku voicenote atau bahkan foto yang menunjukan aktivitasmu? Lalu saat
aku membalasnya, kau diam dan acuhkanku. Tahukah kamu, aku menyimpan semua voicenotemu dan aku memutarnya kembali
saat aku merindukanmu?
Sempat aku
berangan-angan ingin memilikimu, karena aku mengetahui bahwa kita berkeyakinan
sama. Aku hanya tak ingin mengulangi kegagalan kembali seperti kisahku
sebelumnya yang berbeda keyakinan. Tapi mungkin itu hanya sebatas harapan.
Aku ingin
menemuimu ditempat yang dapat kukenang suatu hari nanti. Aku ingin sembahyang
bersamamu di Pura,membakar dupa lalu memohon kepada Tuhan agar aku dan kamu
dapat bersama. Hey, aku ingin memegang tanganmu lalu memelukmu, ingin
melampiaskan segala rindu yang kusimpan sendiri dalam keheninganku. Aku ingin
menatap matamu untuk pertama kali dan semoga bukan untuk yang terakhir kali.
Aku ingin cerita banyak tentang perasaanku, tentang rasa sayangku, tentang rasa
kecewaku ketika menunggumu tak kunjung memberiku kabar dan tentang rasa sakitku
ketika kamu dengan ringan menceritakan kisahmu dengan kekasihmu. Aku sakit saat
mendengarnya, tapi siapa aku? Bahagiamu adalah bahagiaku juga, walaupun sering
sakit melihat fotomu dengan kekasihmu didinding media sosial.
Tak banyak
yang dapat kuharapkan lagi darimu, aku hanya ingin tetap menjadikanmu sebagai
orang spesial yang pernah mencuri hatiku, dan membuatku lebih dekat dengan
Tuhan. Aku seperti berhenti berharap bahwa
suatu hari nanti aku dapat menceritakan kisah cintaku bersama kekasihku
sebelumnya padamu, agar kamu tau bahwa aku juga ingin “bercerita.” Aku
menunggumu bertanya padaku “Bagaimana kisahmu? Aku ingin mendengarnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar