Sabtu, 27 Juni 2015

Sesak Terlilit Rindu

Bagai rumput ditanah yang kering, aku terlihat layu, lusuh tak bersemangat. Aku seperti menunggu hujan turun agar tanah yang kutumbuhi tak lagi kering. Ya, hanya dapat menunggu waktu. Entah kapan hujan tiba.

Pagi demi pagi kusongsong untuk menghitung hari. Bahkan aq tak sempat menengok senja saat sore tiba. Aku terlalu sibuk dan tak ingin membuang waktu sedikitpun. Waktu luang hanya akan menyiksaku, membuatku memikirkan hal-hal yang jauh dari nyata. Membayangkan aku makan malam bersamamu atau sekedar menggandeng tanganmu lalu tertawa menghabiskan akhir pekan bersamamu.

Sesak, ketika hanya membaca pesan singkatmu yang seolah tak melegakanku. Tulisanku berbaris rapi seperti paragraf pembukaan UUD '45 di layar handphonemu berisikan kata rindu yang kukirim. Tapi kau balas seperti bunyi Pancasila, sila pertama.

Bahagia, ketika melihat panggilan masuk darimu di ponselku secara tiba2 tanpa kuminta. Suaramu melegakanku. Setelah sehari penatku berputar diatas kepala, seketika hilang. Karena aku menginginkanmu. Mendengar suaramu adalah obat paling ampuh mengatasi rindu ketika kita belum bisa bertemu.

Hey kamu, aku rindu.
Kini, Aku hanya bisa mengingat-ingat hangat pelukanmu, manisnya senyumanmu,  eratnya genggaman tanganmu dan tatapan penuh makna dr bola matamu. Aku ingin segera mengulangnya denganmu. Bisakah kita mengalahkan jarak demi rindu yang terus menyerang?

Hey kamu, aku rindu.
Kapan kau menemuiku?
Menghujaniku dengan kasih, memelukku dengan mesra, menggenggam erat tanganku seolah tak ingin kehilangan satu detikpun tanpaku.

Setiap hari aku sesak menahan rindu. Semoga kau juga sama tersiksa sepertiku menahan sesak karena rindu padaku. Maaf aku terlalu sering menyatakan rindu untukmu, karena aku ingin kau tahu bahwa aku benar-benar rindu.

Aku sudah belajar membagi waktu demi kamu, aku sudah seperti panitia penyelanggara acara yang menyiapkan susunan acara dengan rapi. Tapi kamu seperti tak tahu apa yang aku perbuat untukmu, untuk kita. Waktuku tak banyak, aku sibuk dengan kerja yang tak bisa ku tentukan jamnya untuk pulang. Selalu kuluangkan waktuku untuk mengabarimu saat jariku tak menyentuh keyboard usang di meja kerjaku. Aku selalu ingin tahu kondisimu, aku tak ingin tertinggal. Aku berusaha menjadi orang pertama yang mendengar cerita seru maupun cerita yang mengesalkan darimu.

Aku belum paham betul bagaimana sistem kerjamu dikantor, yang aku tahu kamu punya jam kerja yang dapat di tentukan untuk pulang. Selanjutnya kamu bebas. Namun, masih saja kau jarang peduli. Jika kau dekat, tak sejauh laut membentang, mungkin aku akan menemuimu seusai aq dicaci maki user ditempat kerjaku. Kutumpahkan semua cerita padamu, kupinjam bahumu untuk sekedar bersandar agar aku lebih tenang. Pahamilah bahwa aku sering membutuhkanmu. Aku jatuh cinta, benar-benar jatuh cinta.

Hey kamu, semoga kita dapat bertahan. Semoga kau menjaga hatimu untuk kita, seperti aku menjaga hatiku untuk kita. Semoga rindu ini segera melebur dalam pertemuan yang tak singkat. Aku akan tetap sabar menghitung hari dimana kau akan datang mempertemukan rinduku dan rindumu. Kutitipkan hatiku untukmu, agar kau bisa membawa hatiku kemanapun kau berpijak.

28062015
DN

Labels