Minggu, 11 Februari 2018

Jatuh Cinta vs Sakit Tanpa Luka

Entah apa yang membuatku jatuh cinta. Pesona mungkin. Atau ketulusan? Ahhh.. susah membahas tentang ketulusan saat aku pertama kali jatuh cinta padanya kala itu, karena aku mengenalnya baru beberapa hari.
Bukan tentang seberapa lama aku mengenalnya sampai aku jatuh cinta padanya, tapi tentang rasa yg susah dijelaskan ketika bersamanya tanpa alasan apapun. Memandangnya saja terasa sejuk, apalagi bercanda dengannya. Dia membuatku nyaman untuk berbicara tanpa berfikir. Yaaa... aku jatuh cinta. Hanya dengan hitungan hari, hatiku mantab untuk memilihnya, mengiyakan ungkapan rasanya yang memang sama aku rasakan. Perasaan saling ingin memiliki dan saling memperbaiki diri serta hati.

Betapa bahagia ketika pagi-pagi bukan alarm hp yg membangunkanku tetapi nada panggilan masuk dari dia. Sepanjang hari aku autis menatap layar hp. Menunggu pesan masuk lalu membacanya sambil tertawa sendiri. Terlihat sudah gila. Tapi aku menikmati kegilaanku.

Aku tak banyak berjuang, tp merasa diperjuangkan. Atau entahlah bahasa yang tidak berlebihan itu seperti apa. Yang jelas aku seperti tidak capek hati. Dia memberikan kabar tanpa aku meminta,  dia datang tanpa aku meminta juga.  Sepertinya Tuhan memberiku anugrah dengan segala kelebihanNya,  mempertemukanku padanya dengan penuh drama dan lebih dari 2tahun kami bersama.

Sering aku berdoa di hadapan Tuhan agar aku dipertemukan dengan orang baik, orang yang bisa menghargaiku,  bisa menjaga hatinya untukku dan menyayangiku tanpa ada kata "tetapi". Tuhan mengenalkanku padanya disaat yang tepat.  Saat aku baru saja sesak karna kehilangan hati dan harus menerima kenyataan pahit bahwa selama ini aku menjaga hati untuk orang yang tidak tepat. Terimakasih Tuhan,  kau seperti memberiku nafas baru.

Aku dan dia datang dari hati yang sama-sama tersakiti.  Kami mencoba membenahi hati,  menyembuhkan luka yang pernah singgah dengan cara saling menjaga hati.  Betapapun sakit masalalunya atau masalaluku,  biarkan menjadi lembaran lama. Kini kami siap mengisi mengisi halaman baru dengan kisah indah. Walaupun tak selalu indah :p

Apakah aku harus memujinya terus dan terus? Sepertinya tidak perlu,  itu hanya akan membuatnya besar kepala.  Aku hanya perlu bersyukur terus dan terus atas moment itu. Moment perjalanan awal kami merasa ada "rasa" yang tak biasa.

Kami dan rombongan sirkus bergegas meninggalkan penginapan dan menaiki perahu kecil bermuatan sekitar 15 orang.  Masih pagi buta saat itu,  aku ingat betul bagaimana dinginnya angin laut menerpa seluruh tubuhku.  Tibalah moment dimana aku dengan berani meminjam bahunya untuk bantalan kepalaku yang tak kuat menahan kantuk.  Dia memberikan bahunya dengan cuma-cuma bahkan setelah 10menit kepalaku bersandar dibahunya, dia menggenggam tanganku yang menggigil kedinginan. Hey,  masih ingatkah kamu kejadian itu?  Manis... Sangat manis.. Kalau boleh diulang,  aku ingin mengulang scene itu.

Masih gelap, tepat di kaki Gunung Anak Krakatoa perahu menuju pesisir pantai.  Kami dan rombongan sirkus menginjak pasir beserta ombak kecilnya. Yup,  kami akan mendaki Gunung Anak Krakatoa.  Tidak lama setelah setengah perjalanan menuju puncak,  terlihat semburat warna orange dari arah timur.  Sunrise yang sangat indah pagi itu, dari ketinggian yang entah berapa mdpl serta dikelilingi laut dan pegunungan, tak henti-henti aku menggelengkan kepala sebagai bentuk kagum akan hadiah Tuhan pagi itu.

Saat itu aku sibuk menjadi anak alay,  menulis nama "seseorang" di handphone ku lalu ber-selfie. Kalau tidak salah kau juga tampak sibuk, tapi aku tak terlalu memperhatikanmu. Jujur, aku hanya mencoba menikmati pemandangan indah pagi itu. Memberikan sesuatu yang manis untuk hatiku yang sedang pahit. (Bagaimana perasaanmu ketika pacarmu tidak membalas pesan WA/BBM/SMS selama 3hari dan tidak mengangkat panggilan telpon darimu? Tetapi pacarmu masih sempat mengganti DP BBM bersama wanita lain!). Okey, aku masih ingat bagaimana pahitnya. Tapi aku terus mengontrol wajahku untuk terus terlihat bahagia karena aku sedang berlibur bersama sahabat-sahabatku :)

Sampai pada akhirnya hari kedua, tiba saatnya untuk kembali ke Jakarta. Masih dengan harapan mendapatkan balasan chat dari pacar (walaupun pacarku memasang DP BBM dengan wanita lain). Ketika berada di Jakarta, benar saja aku mendapatkan pesan dari orang yang aku tunggu "Maaf,  aku ingin break sama hubungan kita. Aku ingin fokus dengan karirku. Kita pasti akan bersama di pelaminan". (woiiiiiii... Pelaminan endasmu!!!)  LOL

Aku masih belum bisa membalas pesan itu,  karena aku sedang asik membalas pesan dari "Dia" (si peminjam bahu ketika trip Gunung Krakatoa) yang mengirimkan pesan lewat line. Ya.. Dia lebih menyenangkan saat itu dari pada harus membalas pesan yang membuatku tercengang.

Seperti biasa, akan ada moment sharing photo setelah liburan. Akhirnya aku dan sahabat-sahabatku serta "Dia" membuat group Line agar lebih mudah sharing photo. Isi chat di group itu membuatku lupa sejenak kesedihanku karena berisi banyak guyonan.

"Hey, sorry aku gak bisa break sayang"
"Please...  Kita harus break. Kamu pasti bisa"
"Bagaimana jika di perjalanan break ternyata kamu jatuh cinta dengan orang lain atau juga sebaliknya aku yang jatuh cinta dengan orang lain? Bukankah akan ada salah satu yang tersakiti? "
"Hanya Allah yang tau bagaimana ujungnya"
"Okay, tapi aku gak mau break"
"Please, bantu aku untuk fokus karirku"
"Aku akan bantu kamu untuk mengejar karirmu. Tapi aku gak mau break,  aku maunya putus"

Pagi itu kubulatkan keputusanku untuk mengakhiri hubungan LDR ku.  Aku merasa sakit,  tapi tidak terluka. Entah seperti apa aku harus menjelaskan perasaanku saat itu. Seperti runtuh tapi tak hancur.

"Dia" masih belum tau status baruku sebagai jomblo hahaha...  Sengaja tak kuceritakan pada siapapun pagi itu. Sampai pada akhirnya 1 minggu kemudian Dia tau,  dan kami semakin sering chatting via Line. Membahas soal makanan,  tempat wisata bahkan sampai cerita tentang mantan.

Ternyata jatuh cinta itu menyenangkan,  selalu menyenangkan. Lebih menyenangkan lagi itu saling jatuh cinta.

Sampai saat ini aku dan dia masih saling jatuh cinta,  setiap hari.  Berharap terus bersama sampai nanti. Sampai lamaaaaa banget. Gak tau sampai kapan,  mungkin sampai nanti kita pikun bersama.  :)

Selasa, 14 November 2017

Sejauh Apapun Langkah Kaki, Rumah adalah Tujuan Utama.

Berada di Ibukota sampai hari ini adalah sebuah anugrah dari Tuhan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak?  Aku terlahir dari keluarga sederhana yang ada di kabupaten Malang.  Dulu hanya bisa menatap lewat layar kaca gedung-gedung tinggi pencakar langit. Sampai sekarang masih seperti mimpi,  pada akhirnya hidup di ibukota kurang lebih sudah 4 tahun. 
Ada keinginan untuk hidup di Ibukota,  tapi bukan sebagai pekerja IT. Namun apa boleh buat,  Tuhan memberi jalan saya menjadi seorang Junior Programmer sampai akhirnya menjadi Data Engineer. Untuk mencapai semua itu tidak lepas dari perjuangan jatuh bangun, lagi dan lagi.
Aku sering menanamkan dalam diri,  jatuh bukan berarti semuanya akan gagal.  Gagal itu adalah ketika jatuh tapi tidak segera bangun dan mencobanya kembali.  Well ketika aku jatuh, aku selalu berusaha menguatkan diri untuk segera bangun dan mencobanya kembali.  Aku yakin Tuhan selalu bersama orang-orang yang mau berjuang.
Hidup jauh dari kakak kandung apalagi orang tua tidak pernah aku inginkan sebenarnya. Tapi aku punya mimpi yang harus aku wujudkan satu persatu.  Aku yakin keluarga akan bangga ketika aku menjadi orang yang sukses bahkan bisa berguna untuk mereka.
Sedih?  Jangan tanya lagi bagaimana perihnya merayakan hari Galungan,  Kuningan, Nyepi tanpa keluarga.  Berada di rantau terkadang membuatku lemah. Tapi aku selalu berusaha menguatkan diri sendiri, menatap foto mereka atau sekedar bertegur sapa lewat telfon merupakan energi untukku.  Mengetahui bahwa keluarga dalam keadaan sehat saja aku bersyukur walaupun aku jarang mengaku kalau aku sedang sakit. Padahal,  pelukan Ibu adalah obat termanis ketika demam atau kelapa muda paling enak adalah kelapa muda hasil bapak memetik dari kebun.
Sering aku rindu, ketika bekerja larut malam aku ingin mengeluh tapi gengsiku tinggi untuk hal itu,  karena aku yakin orangtua bekerja lebih keras dari yang aku alami saat ini untuk membiayai sekolahku dan sekolah kakakku dulu.
Ibu,  bapak, kakak perempuanku dan kakek nenekku.  Dimanapun aku berada,  kalian adalah tujuanku. Menjadi kuat disaat rapuh adalah prioritasku saat ini.  Suatu hari nanti aku akan pulang,  memastikan semuanya sehat dan baik-baik saja.  Memeluk satu persatu untuk melepas rindu yang sering menyesakkan dada.
Jika kebanyakan orang bilang merantau di Ibukota itu keras,  mereka benar.  Tapi jika kita lebih keras (baca: gigih) maka Ibukota bisa kita luluhkan. Mau jadi apa dan bagaimana,  semua tergantung kepada yang melakoni.
Bertemanlah dengan penjual parfum,  maka kamu akan wangi.  Itu masih tertanam di benakku sampai saat ini.  Betapa lingkungan menjadi pengaruh dalam hidupku. Ahhh...  Mungkin aku sok bijak.  Sudahlah...
Suatu hari nanti,  aku ingin keluargaku bangga memiliki aku.  Mengangkat derajat kedua orang tuaku dengan caraku seperti ini.
Sampai hari ini,  masih banyak mimpi-mimpi yang harus aku wujudkan. Aku ingin berterimakasih kepada siapapun pendukungku bahkan kepada orang yang pernah mengganggap remeh aku.  Siapapun kalian yang secara langsung maupun tidak langsung memberiku semangat,  terimakasih.  Semoga Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan kebahagiaan untuk kalian.
Terlepas dari orang-orang yang mendukungku,  sampai saat ini aku masih ingat betul orang-orang yang pesimis terhadapku.  Menganggapku tak akan bertahan lama di Ibukota atau bahkan berkata "mau jadi apa di Ibukota? ". Terimakasih,  inilah aku sekarang walaupun hidupku masih jauh dari kata sempurna tapi aku bersyukur atas anugrah Tuhan kepadaku.  Semoga Tuhan senantiasa memberikan hati yang besar untuk orang-orang pesimis. Berusahalah,  karena akan ada hadiah manis untuk orang-orang yang tanpa lelah berjuang demi mimpinya.

Jakarta,  15 Nov 17

Rabu, 01 Juli 2015

Surat untuk Calon kakak Iparku

25/01/15
Untuk Calon Kakak Iparku.
Tiba-tiba terfikir untuk membuat tulisan tentang seseorang yang bukan keluargaku namun akan menjadi keluargaku yang mencintai satu-satunya kakak perempuanku. Yang selanjutnya aku akan memanggilmu dengan sebutan "mas".

Aku berharap kamu tak hanya mencintai kakakku, namun juga peduli terhadap keluargaku begitu pula denganku.
Mas, terlalu banyak hal indah serta hal yang menyakitkan aku lalui bersamanya. Aku memang tak 100% tau tentang dia, tapi setidaknya aku tau kisahnya bersama orang2 yang pernah ia cintai. Aku tau ketika dia disakiti maupun menyakiti kekasihnya dulu. Intinya aku hanya ingin saudara kandungku bahagia, karena aku tahu bagaimana ibu dan bapakku mati-matian berusaha membahagiakannya dengan cara yang mereka mampu. Semua hal yang pernah terjadi dulu biarlah menjadi kenangan yang bisa membuat hidup kami lebih baik.

Disini, aku tak ingin menceritakan semua hal yang pernah terjadi dulu. Itu cukup menjadi pelajaran untuk kisah cintaku bahkan untuk hidupku kedepan. Beberapa kejadian lucu bahkan mengharukan membuatku mengenalnya. Dia cantik, sosok menyenangkan dan baik. Beberapa lelaki mendekatinya melalui aku. Tapi dia bukanlah sosok yang mudah menerima lelaki, ketika ia tak suka maka tidak akan membuka hatinya tanpa menyakiti.

Satu persatu aku mengenal sosok yang pernah menjadi kekasihnya, tak mudah bagiku untuk menerima mereka ketika dia lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama kekasihnya dari pada denganku. Suatu hari aku komplain kepada kakakku, kenapa aku tidak lebih penting dari pada kekasihnya. Dia menjawab, “kamu, ibu, bapak itu beda. Kalian terkunci dan tidak pernah geser dari ruang hatiku. Biarkan aku memilih dan memberi waktu untuk masa depanku, untuk someone yang akan menjadi pasangan hidupku nanti.” Seketika aku sadar bahwa aku salah jika harus cemburu melihatnya bersama orang yang ia sayangi. Dia berhak bersama orang yang disayangi, dan aku menyayanginya lebih dari rasa dia menyayangi kekasihnya. Karena aq mencintai perempuan yang selalu menjadi inspirasi saya itu tanpa kondisi. Yes, unconditional love.

Begitu banyak cerita yang tertuang dalam kisah cintanya, aku tak ingin melihatnya menangis atau kehilangan orang yang ia sayangi. Aku tak ingin melihat pertengkaran antara ia dengan kekasihnya. Aku tak ingin ia mengurung diri dikamar karena merasa kecewa tak dapat mempertahankan kisah cintanya. Masa terberat sudah eca lalui, ketika kehilangan seseorang yang teramat ia sayangi.  Dan aku masih ingat betul, aku bukanlah salah satu orang yang bisa membuatnya kuat saat itu. Aku tau rasanya ketika dia harus pisah dengan kekasihnya yang sudah bersama selama kurang lebih 6tahun karena perbedaan keyakinan, aku tau rasanya ketika dia harus mendapatkan penolakan saat ia mencoba ingin memperbaiki diri dan mempertahankan kisah cinta LDR-nya, aku tau rasanya ketika ia mulai mencintai seseorang yang dipertemukan dipura namun tiba-tiba hilang tanpa kabar dan membuat dia bertanya apa salahnya. Dan mungkin beberapa kisah lain yang membahagiakan atau membuatnya kecewa. Aku tau rasanya ketika dia merasakan sakit hati dan merasa hidupnya seolah-olah sudah hancur, aku mencoba untuk berada pada posisinya karena aku tak ingin ia sakit sendiri. Sekuat hatiku mencoba untuk berempati, walaupun itu mungkin tak pernah membuatnya lebih tegar.  Jadi aku mohon, jadilah obat terbaik untuk hidupnya.

Bagaimanapun dia, aku menyayanginya. Air mataku seperti mesin otomatis yang tiba-tiba menetes ketika ia berkata tentang pernikahan. Ya, menikah. Artinya ia akan merencanakan kehidupan bersama pasangannya, yaitu kamu. Siapapun kamu nanti, kamu akan menjadi bagian hidupnya, kamu akan menjadi bagian dari hidupku, menjadi kakakku juga serta menjadi ayah dari keponakan-keponakanku yang lucu. Dan aku tak ingin kamu menyakitinya, membentaknya, mengecewakannya, meninggalkannya maupun membuatnya menangis.

Untuk calon kakak iparku, aku hanya ingin melihatnya bahagia. Pegang tangannya ketika  ia mulai kehilangan arah, peluk ia ketika ia merasa takut, tenangkan ia ketika ia marah, rawat ia ketika ia sakit dan jadilah penguat untuknya, puji ia ketika ia terlihat cantik dan jangan pernah tinggalkan dia dalam kondisi apapun. Kalian harus selalu percaya bahwa Tuhan akan mendamaikan semua umat. Karena waktu yang akan menjadi sahabat dalam menyembuhkan luka yang pernah singgah.

Untuk calon kakak iparku, selalu bisikan kata “I love u” setiap pagi ketika pertama kali matanya terbuka karna aku tak mungkin selalu tidur bersamanya lagi. Berikan bunga mawar sesekali untuknya tanpa terduga agar dia merasa berharga. Ajaklah ia liburan ketika ada waktu luang, karena dia pernah bilang ingin traveling keliling nusantara bahkan dunia bersama orang yang ia sayangi. Berikan pendapat terbaik ketika ia meminta saran baju mana yang cocok untuknya karena mungkin ia tak akan selalu meminta pendapat padaku lagi. Mintalah maaf jika kamu salah padanya dan maafkan dia jika ia salah padamu. Jangan pernah tersinggung jika saat berdiskusi dengannya lalu ia ingin menang sendiri. Itulah dia, aku mohon terimalah dengan segenap ketulusan semua kekerasan hatinya serta kelembutan jiwanya.

Untuk calon kakak iparku, siapapun kamu nanti. Ketahuilah bahwa aku menyayanginya, dia seperti separuh nafas dalam hidupku. Ia adalah inspirasiku, penyemangat hidupku. Aku tak ingin kamu merubah dia menjadi orang lain. Aku hanya ingin kamu memiliki dia tanpa memisahkannya dariku dan keluargaku. Suatu hari nanti ketika kamu mengucap janji suci padanya dan melakukan upacara agama (pawiwahan), mungkin aku akan menangis. Tapi ketahuilah, aku tak akan menangis sedih. Aku menangis bahagia dan terharu melihatnya bersama orang yang ia sayangi dan akan mengarungi hidupnya yang tak lagi sendiri. Air  mata yang menetes dipipiku nanti adalah suatu perngharapan agar dia bahagia bersama lelaki pilihannya, yaitu kamu. Karena aku tau betapa beratnya ia mencapai titik pernikahan. Aku mohon agar kamu meninggalkan semua kisah cinta masalalu. Begitupun  untuk kakakku, aku berdoa agar dia menjadi satu-satunya untukmu dan kamu satu-satunya untuk kakakku. Semoga tak ada orang lain yang tersakiti atas kebahagiaan kalian. Damai di hati damai didunia dan damai selalu.

Untuk calon kakak iparku, kutitipkan separuh nafas hidupku padamu. Sampaikan padanya bahwa aku tak akan meninggalkannya dan dia akan selalu menjadi inspirasiku. Semoga aku pun bisa menjadi inspirasi untuknya. Aku mohon agar kamu tak terganggu atas kehadiranku saat aku datang padanya ketika aku merindukannya. Suatu hari nanti jika aku menikah, aku ingin ibu, bapak,eca dan kamu menjadi pendamping di upacara pernikahanku. Dan kalian menjadi orang-orang bahagia yang melihatku bersama orang yang aku sayangi. Astungkara.

Bighug,
DN

Sabtu, 27 Juni 2015

Sesak Terlilit Rindu

Bagai rumput ditanah yang kering, aku terlihat layu, lusuh tak bersemangat. Aku seperti menunggu hujan turun agar tanah yang kutumbuhi tak lagi kering. Ya, hanya dapat menunggu waktu. Entah kapan hujan tiba.

Pagi demi pagi kusongsong untuk menghitung hari. Bahkan aq tak sempat menengok senja saat sore tiba. Aku terlalu sibuk dan tak ingin membuang waktu sedikitpun. Waktu luang hanya akan menyiksaku, membuatku memikirkan hal-hal yang jauh dari nyata. Membayangkan aku makan malam bersamamu atau sekedar menggandeng tanganmu lalu tertawa menghabiskan akhir pekan bersamamu.

Sesak, ketika hanya membaca pesan singkatmu yang seolah tak melegakanku. Tulisanku berbaris rapi seperti paragraf pembukaan UUD '45 di layar handphonemu berisikan kata rindu yang kukirim. Tapi kau balas seperti bunyi Pancasila, sila pertama.

Bahagia, ketika melihat panggilan masuk darimu di ponselku secara tiba2 tanpa kuminta. Suaramu melegakanku. Setelah sehari penatku berputar diatas kepala, seketika hilang. Karena aku menginginkanmu. Mendengar suaramu adalah obat paling ampuh mengatasi rindu ketika kita belum bisa bertemu.

Hey kamu, aku rindu.
Kini, Aku hanya bisa mengingat-ingat hangat pelukanmu, manisnya senyumanmu,  eratnya genggaman tanganmu dan tatapan penuh makna dr bola matamu. Aku ingin segera mengulangnya denganmu. Bisakah kita mengalahkan jarak demi rindu yang terus menyerang?

Hey kamu, aku rindu.
Kapan kau menemuiku?
Menghujaniku dengan kasih, memelukku dengan mesra, menggenggam erat tanganku seolah tak ingin kehilangan satu detikpun tanpaku.

Setiap hari aku sesak menahan rindu. Semoga kau juga sama tersiksa sepertiku menahan sesak karena rindu padaku. Maaf aku terlalu sering menyatakan rindu untukmu, karena aku ingin kau tahu bahwa aku benar-benar rindu.

Aku sudah belajar membagi waktu demi kamu, aku sudah seperti panitia penyelanggara acara yang menyiapkan susunan acara dengan rapi. Tapi kamu seperti tak tahu apa yang aku perbuat untukmu, untuk kita. Waktuku tak banyak, aku sibuk dengan kerja yang tak bisa ku tentukan jamnya untuk pulang. Selalu kuluangkan waktuku untuk mengabarimu saat jariku tak menyentuh keyboard usang di meja kerjaku. Aku selalu ingin tahu kondisimu, aku tak ingin tertinggal. Aku berusaha menjadi orang pertama yang mendengar cerita seru maupun cerita yang mengesalkan darimu.

Aku belum paham betul bagaimana sistem kerjamu dikantor, yang aku tahu kamu punya jam kerja yang dapat di tentukan untuk pulang. Selanjutnya kamu bebas. Namun, masih saja kau jarang peduli. Jika kau dekat, tak sejauh laut membentang, mungkin aku akan menemuimu seusai aq dicaci maki user ditempat kerjaku. Kutumpahkan semua cerita padamu, kupinjam bahumu untuk sekedar bersandar agar aku lebih tenang. Pahamilah bahwa aku sering membutuhkanmu. Aku jatuh cinta, benar-benar jatuh cinta.

Hey kamu, semoga kita dapat bertahan. Semoga kau menjaga hatimu untuk kita, seperti aku menjaga hatiku untuk kita. Semoga rindu ini segera melebur dalam pertemuan yang tak singkat. Aku akan tetap sabar menghitung hari dimana kau akan datang mempertemukan rinduku dan rindumu. Kutitipkan hatiku untukmu, agar kau bisa membawa hatiku kemanapun kau berpijak.

28062015
DN

Minggu, 03 Mei 2015

Suatu Hari Tanpa Tanda

Pagi Kita.
Binar wajahmu, cerah beriringan dengan merah langit pagi itu
Hembus nafasmu, hangat menemani sekujur tubuhku yang bisu
Sang embun hadir menyapa, menyiapkan kesejukan yang tertunda
Riang kicau burung menyairkan kerinduan yang slama ini aku titipkan
Indah dan syahdu, secangkir kesempurnaan pagiku.

Hanya Kita.
Rintik hujan menuntun kita merengkuh dunia imajiner
Bebas tak berbatas; Hanya kita sebagai pemainnya
Satu per satu lembaran cerita kita ukir tanpa akhir di ujung goresan
Kisah yang kita upayakan tersaji manis dengan jingga sebagai pelengkapnya
Dan hanya kita, sang pemilik cerita itu, hanya kita.

Kita.
Entah esok atau lusa, saat semua tentangmu tak lagi sama;
Saat kita hanya menjadi sepenggal cerita di lembaran itu
Aku tak peduli, asal di tiap pagi bayangmu masih hadir menyelimutiku
Karna sang waktu pernah mengijinkan aku dan kamu menjadi kita.

Selamat pagi, kau yang masih terlelap dengan senyuman di tepian bibirmu
Kuharap senja nanti tak merenggutmu dari pelukku, sekali saja.

By:
--Han

Note:
Terimakasih Sang Pujangga untuk bait2 indahnya. Smoga menginspirasi byk manusia. Kutipan yg aku suka "Karna sang waktu pernah mengijinkan aku dan kamu menjadi kita."

Minggu, 26 April 2015

Kau dan Aku adalah Dua Jarak

26April2015

Masihkah kau menggenggam janji yang kau tuliskan lewat pesan singkat padaku?

Aku tak ingin lagi merasakan pedihnya sebuah kehilangan. Aku masih ingat betul rasa sakit itu menyisakan ngilu yang teramat pilu. Kini, aku masih ingin bertahan pada penantian. Bodohkah aku ketika sebenarnya aku sadar bahwa menunggu hanyalah kegiatan yang sia-sia dan hanya membuatku tertinggal, tapi aku masih tetap menunggumu. Sebelum aku tertinggal terlalu jauh, aku ingin melewatinya bersamamu.

Pernahkah kau bayangkan hal sama seperti yang aku bayangkan? Aku merangkai mimpi untuk mewujudkan rinduku luruh dalam hening pelukanmu dan tenggelam bersama damai bersamamu. Aku membayangkan kita menikmati desau angin dan desir gerimis, duduk berdua tanpa kata jika. Aku ingin tersenyum sambil menatapmu pada setiap tarikan nafasku, hingga kulukis bahagia untuk jarak yang pernah memisahkan kita.

Aku seperti tak menemukan batas pada penantianku, kapan harapan itu akan terwujud menjadi nyata di depan mata. Sungguh aku berusaha untuk bermusuhan dengan rasa jenuh. Aku masih berharap kau datang mengulurkan tanganmu untukku dan mencairkan rindu yang semakin hari semakin membeku.

Aku bukanlah karang yang tegar dihempas ombak setiap hari. Aku takut rasaku terkikis oleh waktu. Aku berharap pada Tuhan, agar kita segera bertatap mata dan aku dapat segera menggenggam tanganmu.

Sampai saat itu tiba, jangan ragukan kesetiaanku untukmu. Akupun menaruh harapan besar padamu, bahwa kau tak akan menghianati komitmen yang kita bangun bersama. Kabari aku jika kau kalah untuk mempertahankan aku, agar aku dapat menerobos batas penantianku, agar aku tak lagi mempertaruhkan rinduku padamu.

Aku masih tak punya alasan untuk beranjak dari penantianku untukmu, akupun tak punya alasan apa yang membuatku jatuh cinta padamu. Aku masih bisa bersahabat pada jarak yang setiap hari mencoba membunuh rasaku. Aku masih bertahan untukmu.

Sering kau hilang tanpa memberiku secarik pesan. Kau siksa aku perlahan dengan diammu. Kau buat aku ragu sejenak, tapi tiba-tiba kau datang tanpa kata maaf lalu memohon agar aku mengikuti jalanmu. Adakah yang salah pada hubungan kita?

Aku berperang pada jarak agar kita dapat bertemu untuk melepas rindu, tapi kau bertarung untuk meyakinkanku agar aku bisa mengikuti jalanmu tanpa menemuiku. Aku sungguh ingin bersamamu, aku tahu jalan kita berbeda. Aku tak ingin memaksa agar kita sama, aku harap kau juga tak memaksaku. Aku tak ingin sukma kita terbakar oleh perdebatan yang tak ada ujungnya. Aku ingin menikmati anugrah Tuhan yang di sebut jatuh cinta, masih bolehkah aku jatuh cinta padamu? Masih ingatkah kau pertama kali memintaku untuk menjadi kekasihmu? Begitu hebat kau meyakinkanku bahwa perbedaan kita bukanlah masalah besar dan akan baik-baik saja, sekarang aku yakin bahwa kita akan baik-baik saja dan kita akan berjuang bersama.

Akan ada masanya nanti kemana aku harus menemui Tuhan, kaupun juga. Sementara, aku ingin membiarkan rasaku tumbuh liar padamu. Dinding yang membentang begitu jelas. Jika kau semakin ragu padaku, titipkan pesan pada langit agar berubah menjadi gugusan mendung. Biarkan tetes hujan yang menyadarkanku bahwa cintamu hanya sebatas musim kemarau.

DN

Rabu, 15 April 2015

Tanpa Titik Koma

Hei Kamu,
Wanita dalam belaian abu,
Yang tak terjamah,
Yang tak terengkuh,
Yang tak ternilai dengan segala indahmu
Seberkas bayangmu masih tersisa di jemariku
Menari-nari, meraba-raba tiap sudut nadiku
Angkuh cintamu melekat erat dalam kering rongga hatiku
Melumat pagi yang datang, basah
Menjinakkan kenistaan semesta yang parau
Dan kamu, dengan warnamu, menggores tinta luka
Ku terjerembab dalam lembah gelap menghantui
Mengejar bayangmu yang memilih bisu, acuh
Namun terang cintamu menuntunku kembali ke pelukan
Rasamu menghujam ulu jantungku,
dan hangat nafasmu membakar segala ragu, luntur beriringan
Kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku iyakan
Hei Kamu,
Aku menunggumu, bersama memeluk rindu
Di sini, dimana hampa menjadi teman baik ku,
Beratap inginku menyusup ragamu
Dan jika mencintaimu adalah pesakitan terindahku,
Ijinkan Aku mencintaimu tanpa titik koma.
--JH
13-04-2015, 09:44 PM
Note: Puisi dari seorang sastrawan yang saya sudah minta ijin posting disini.
Kata2 paling menyentuh "Ijinkan aku mencintaimu tanpa titik koma".
Maturnuwun Mas

Labels