Selasa, 14 November 2017

Sejauh Apapun Langkah Kaki, Rumah adalah Tujuan Utama.

Berada di Ibukota sampai hari ini adalah sebuah anugrah dari Tuhan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak?  Aku terlahir dari keluarga sederhana yang ada di kabupaten Malang.  Dulu hanya bisa menatap lewat layar kaca gedung-gedung tinggi pencakar langit. Sampai sekarang masih seperti mimpi,  pada akhirnya hidup di ibukota kurang lebih sudah 4 tahun. 
Ada keinginan untuk hidup di Ibukota,  tapi bukan sebagai pekerja IT. Namun apa boleh buat,  Tuhan memberi jalan saya menjadi seorang Junior Programmer sampai akhirnya menjadi Data Engineer. Untuk mencapai semua itu tidak lepas dari perjuangan jatuh bangun, lagi dan lagi.
Aku sering menanamkan dalam diri,  jatuh bukan berarti semuanya akan gagal.  Gagal itu adalah ketika jatuh tapi tidak segera bangun dan mencobanya kembali.  Well ketika aku jatuh, aku selalu berusaha menguatkan diri untuk segera bangun dan mencobanya kembali.  Aku yakin Tuhan selalu bersama orang-orang yang mau berjuang.
Hidup jauh dari kakak kandung apalagi orang tua tidak pernah aku inginkan sebenarnya. Tapi aku punya mimpi yang harus aku wujudkan satu persatu.  Aku yakin keluarga akan bangga ketika aku menjadi orang yang sukses bahkan bisa berguna untuk mereka.
Sedih?  Jangan tanya lagi bagaimana perihnya merayakan hari Galungan,  Kuningan, Nyepi tanpa keluarga.  Berada di rantau terkadang membuatku lemah. Tapi aku selalu berusaha menguatkan diri sendiri, menatap foto mereka atau sekedar bertegur sapa lewat telfon merupakan energi untukku.  Mengetahui bahwa keluarga dalam keadaan sehat saja aku bersyukur walaupun aku jarang mengaku kalau aku sedang sakit. Padahal,  pelukan Ibu adalah obat termanis ketika demam atau kelapa muda paling enak adalah kelapa muda hasil bapak memetik dari kebun.
Sering aku rindu, ketika bekerja larut malam aku ingin mengeluh tapi gengsiku tinggi untuk hal itu,  karena aku yakin orangtua bekerja lebih keras dari yang aku alami saat ini untuk membiayai sekolahku dan sekolah kakakku dulu.
Ibu,  bapak, kakak perempuanku dan kakek nenekku.  Dimanapun aku berada,  kalian adalah tujuanku. Menjadi kuat disaat rapuh adalah prioritasku saat ini.  Suatu hari nanti aku akan pulang,  memastikan semuanya sehat dan baik-baik saja.  Memeluk satu persatu untuk melepas rindu yang sering menyesakkan dada.
Jika kebanyakan orang bilang merantau di Ibukota itu keras,  mereka benar.  Tapi jika kita lebih keras (baca: gigih) maka Ibukota bisa kita luluhkan. Mau jadi apa dan bagaimana,  semua tergantung kepada yang melakoni.
Bertemanlah dengan penjual parfum,  maka kamu akan wangi.  Itu masih tertanam di benakku sampai saat ini.  Betapa lingkungan menjadi pengaruh dalam hidupku. Ahhh...  Mungkin aku sok bijak.  Sudahlah...
Suatu hari nanti,  aku ingin keluargaku bangga memiliki aku.  Mengangkat derajat kedua orang tuaku dengan caraku seperti ini.
Sampai hari ini,  masih banyak mimpi-mimpi yang harus aku wujudkan. Aku ingin berterimakasih kepada siapapun pendukungku bahkan kepada orang yang pernah mengganggap remeh aku.  Siapapun kalian yang secara langsung maupun tidak langsung memberiku semangat,  terimakasih.  Semoga Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan kebahagiaan untuk kalian.
Terlepas dari orang-orang yang mendukungku,  sampai saat ini aku masih ingat betul orang-orang yang pesimis terhadapku.  Menganggapku tak akan bertahan lama di Ibukota atau bahkan berkata "mau jadi apa di Ibukota? ". Terimakasih,  inilah aku sekarang walaupun hidupku masih jauh dari kata sempurna tapi aku bersyukur atas anugrah Tuhan kepadaku.  Semoga Tuhan senantiasa memberikan hati yang besar untuk orang-orang pesimis. Berusahalah,  karena akan ada hadiah manis untuk orang-orang yang tanpa lelah berjuang demi mimpinya.

Jakarta,  15 Nov 17

Labels