07-02-2009
Disudut
kamar ini aku duduk seorang diri. Lampu yang biasanya terang menyala, sengaja
tidak aku nyalakan. Tapi aku tahu apa yang ada disekelilingku; sebuah meja yang
terdapat bingkai fotoku bersama Dion, beberapa boneka pemberian Dion dan jaket
hijau milik Dion yang kugantung dibelakang pintu kamarku. Malam ini adalah
malam yang sangat menyakitkan untukku. Aku merasa bayangan Dion datang untuk
menemaniku. Namun saat aku ingin memeluknya, bayangan itu hilang.
Tiba-tiba Dina membuka
pintu kamarku dan menyalakan lampu yang masih dingin menemaniku, “Ayo makan
dulu Priska, kamu nanti sakit lho!”. “Aku nggak lapar!”, jawabku singkat. Dina
duduk disampingku dan memegang bahuku, “Sudahlah Priska, relakan Dion”. Dina
menghapus airmataku, mencoba untuk membuatku tegar.